PTSL BPN 2017 APARAT DESA BEDOYO YANG SOLID

Administrator 30 Oktober 2017 13:06:07 WIB

            “Besok mulai ngukur nggih Pak?” tanya saya membuka rapat koordinasi Pengukuran PTSL BPN dengan Aparat Desa Bedoyo yang dihadiri para Kepala Dukuh.

Tak ada jawaban, hanya guman nawon mbrengengeng yang terdengar, mereka hanya saling pandang.  Upsh, dari bahasa tubuh yang terlontar, saya bisa menyimpulkan, mereka masih perlu waktu. Baiklah.

            “Ya sudah, minggu depan saja kita mulai ngukur di Bedoyo ya Pak ?. Ucap saya retorik. Menjawab pertanyaan sendiri.

            “Lha rak ngaten mas Bambang. Mathuk niku” celetuk salah seorang Kepala Dukuh dengan mimik gembira.  Pertemuanpun mulai cair. Diskusi tandas mengalir. Dalam suasana yang saya buat sehangat mungkin, berbagai tanya terlontar, bahkan ke hal paling detil. Mayoritas yang hadir mengangguk angguk puas. Ah, ini PTSL pertama di Desa Bedoyo. Dan hal-hal yang selama ini disosialisasikan baru menyentuh permukaan. Tugas sayalah untuk menyelami permasalahan lebih dalam. Menggali hingga dasar.

Pertemuan berakhir. Binar mata penuh semangat terpancar. Betapa inginnya mereka berbuat yang terbaik untuk warganya. Mengejawantahkan kalimat “pengabdian masyarakat” dalam tataran yang nyata.

Saat pelaksanaan pengukuran dimulai, saya agak terhenyak dengan kekompakan mereka. Di hari pertama, Kepala Desa, Sekdes, Kasi Pemerintahan dan tentu saja para Kepala Dukuh berkumpul di Balai Desa. Mereka membuat pelaksanaan pengukuran menjadi perhelatan bersama. Sekat sekat antar dukuh yang biasanya mengemuka, di Bedoyo benar benar tidak ada.

Pengukuran hari pertama di Dukuh Ngrombo, Ngalasombo dan Bedoyo Kulon bukan hanya menjadi gawe ketiga dukuh itu, tapi dukuh lainpun ikut hadir mambantu. Saat Kepala Dukuh Ngrombo kehabisan stamina menunjukkan patok-patok batas warganya, dengan sigap Kepala dukuh lain mengambil alih. Bahkan Pak Carik dan Pak Kasie Pemerintahan selalu memonitor pelaksanaan pengukuran. Yang lebih unik, saat ketiga dukuh tadi sibuk melakukan pengukuran, suplai logistik di lakukan dukuh lain.

Hubungan persaudaraan antar Kepala Dukuh terlihat sangat akrab. Saling canda dan meledek di grup whatsapp dengan sebutan Kakang Patih, Tumenggung, Demang, maupun Warok, membuat suasana menjadi benar benar bersahabat. Rasa penat mendaki kaki bukit, menelusuri bulak panjang atau meliuk disela rumah padat, menjadi tak terasa. Langkah kaki terasa lebih ringan. Pengukuran berlangsung dalam langgam lantunan gambuh yang teduh tapi dengan kecepatan irama rampak kendang yang melenggang. Cepat dan profesional.

By Bambang     

 

 

Dokumen Lampiran : PTSL BPN 2017 APARAT DESA BEDOYO YANG SOLID


Komentar atas PTSL BPN 2017 APARAT DESA BEDOYO YANG SOLID

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar